Aksara Nusantara: Sumbawaku juga punya
November 28, 2018
Add Comment
Ada banyak hal yang masih sampai saat ini menjadi hiruk pikuk permasalahan dalam dunia kebudayaan, salah satunya yakni menipisnya rasa sadar akan kepemilikan.
Tentu, yang demikianlah dapat menjadi ancaman besar bagi siapa saja yang bernaung didalamnya. Sejak lahir dan bertumbuh kembang, kita sudah tersajikan apik dari segi ilmu pengetahuan, bak padi yang siap panen, tanpa mengetahui prosesnya hingga menguning.
Dari ujung barat hingga ujung timur, kawasan Indonesia amat kaya akan warisan adat dan budayanya. Tak terkecuali replika surga kecil (begitu kami menjulukinya) ditengah bumi pertiwi, sebuah pulau yang dikenal bernama Samawa atau Sumbawa.
Sejarah literasi selalu komplek jika dibahas. Konon, sebelum mengenal tulisan manusia pada zaman prasejarah umumnya berkomunikasi mengunakan bait kata dan bahasa isyarat saja, namun seiring berjalannya waktu manusia mulai menggunakan alat komunikasi yang beragam berupa lambang atau simbol yang diukir pada batu-batu bahkan dedaunan.
Kali ini, ada yang menarik untuk ditelisik yang telah lama menjadi kekhawatiran segelintir kaum muda. Lagi-lagi, warisan budaya literasi yang hampir punah terabaikan dan terlupakan oleh beberapa bahkan hampir seluruh genarasi lokal. Jika Jawa memiliki aksara lokal berupa Sanskerta, maka Sumbawa mempunyai aksara lokal yaitu Satera Jontal.
Satera Jontal adalah kebudayan literasi Samawa kuno yang dibawa melalui griya perdagangan oleh bangsa bugis dari Makassar. Kemudian, dituangkan dan diwujudkan dalam berbagai lambang yang tentunya telah disepakatinya maknanya.
Satera berarti sastra dan Jontal berarti lontar. Dinamakan Satera Jontal karena simbolnya di ditulis dalam sisir daun lontar dengan menggunakan bara api. Daun lontar adalah daun yang banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan Sumbawa sehingga sangat memudahkan bangsa Samawa kuno dalam penerapannya.
Seiring perkembangan zaman, Satera Jontalpun menjadi suatu pelajaran wajib yang masuk dalam kurikulum muatan lokal diberbagai sekolah di tana' Samawa (daerah Sumbawa). Namun, lambat laun eksistensinya semakin memudar. Entah alasannya karena ditelan budaya baru atau karena banyaknya generasi yang cukup apatis dengan budaya sendiri.
Berdasarkan survey yang telah kami lakukan, hanya terdapat sekitar 3% tau Samawa (generasi Samawa) yang mengenal serta paham akan Satera Jontal, 10% persen hanya pernah mendengar, dan sisanya 87% persen tidak tahu sama sekali. Miris? Tentu amat sangat.
Berawal dari berbagai pangkal persoalan dan realita yang ada, penulis dengan seorang sahabat menginisasi sebuah langkah sadar budaya literasi yakni Sumbawa Script Campaign bertajuk Satera.
Dimana gagasan ini dikemas bertujuan untuk mengajak serta mengkampanyekan literasi tana' Samawa.
Kami bukanlah budayawan atau pakar dibidang literasi Samawa, tapi inisiasi ini semata-mata kami dedikasikan bagi siapa saja yang ingin dan tersadar bahwa segala sesuatu yang dikecap saat ini merupakan hasil dari kejayaan literasi terdahulu.
Sebagai langkah nyata untuk mulai menggaungkan kembali nama Satera Jontal, kami menyediakan sebuah wadah yang berisi konten dan menyajikan beberapa santapan literasi Satera Jontal (IG: @localsatera).
Tak banyak yang ingin kami tuai dari inisiasi ini, melainkan untuk menyengarkan serta membuka cakrawala berpikir generasi penerus khususnya para penutur asli dari ujung barat hingga ujung timur daerah Sumbawa. Karena, Tanah kelahiran lebih luas daripada langit. Sejauh manapun kita melangkah, kita tetap berteduh dibawahnya.
Semoga melalui campaign ini, tana' Samawa (Sumbawa) tidak hanya dikenal karena alamnya yang elok, tetapi juga terdapat sisi sejarah budaya literasinya yang patut dibanggakan.
Dengan budaya kita melangkah,
Dengan Satera kita terarah !!
Salam Initiators.
Tentu, yang demikianlah dapat menjadi ancaman besar bagi siapa saja yang bernaung didalamnya. Sejak lahir dan bertumbuh kembang, kita sudah tersajikan apik dari segi ilmu pengetahuan, bak padi yang siap panen, tanpa mengetahui prosesnya hingga menguning.
Tulisan Satera Jontal yang berarti Sumbawa |
Dari ujung barat hingga ujung timur, kawasan Indonesia amat kaya akan warisan adat dan budayanya. Tak terkecuali replika surga kecil (begitu kami menjulukinya) ditengah bumi pertiwi, sebuah pulau yang dikenal bernama Samawa atau Sumbawa.
Sejarah literasi selalu komplek jika dibahas. Konon, sebelum mengenal tulisan manusia pada zaman prasejarah umumnya berkomunikasi mengunakan bait kata dan bahasa isyarat saja, namun seiring berjalannya waktu manusia mulai menggunakan alat komunikasi yang beragam berupa lambang atau simbol yang diukir pada batu-batu bahkan dedaunan.
Kali ini, ada yang menarik untuk ditelisik yang telah lama menjadi kekhawatiran segelintir kaum muda. Lagi-lagi, warisan budaya literasi yang hampir punah terabaikan dan terlupakan oleh beberapa bahkan hampir seluruh genarasi lokal. Jika Jawa memiliki aksara lokal berupa Sanskerta, maka Sumbawa mempunyai aksara lokal yaitu Satera Jontal.
Abjad dalam Satera Jontal. source:menulislatex.com |
Satera Jontal adalah kebudayan literasi Samawa kuno yang dibawa melalui griya perdagangan oleh bangsa bugis dari Makassar. Kemudian, dituangkan dan diwujudkan dalam berbagai lambang yang tentunya telah disepakatinya maknanya.
Satera berarti sastra dan Jontal berarti lontar. Dinamakan Satera Jontal karena simbolnya di ditulis dalam sisir daun lontar dengan menggunakan bara api. Daun lontar adalah daun yang banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan Sumbawa sehingga sangat memudahkan bangsa Samawa kuno dalam penerapannya.
Seiring perkembangan zaman, Satera Jontalpun menjadi suatu pelajaran wajib yang masuk dalam kurikulum muatan lokal diberbagai sekolah di tana' Samawa (daerah Sumbawa). Namun, lambat laun eksistensinya semakin memudar. Entah alasannya karena ditelan budaya baru atau karena banyaknya generasi yang cukup apatis dengan budaya sendiri.
Berdasarkan survey yang telah kami lakukan, hanya terdapat sekitar 3% tau Samawa (generasi Samawa) yang mengenal serta paham akan Satera Jontal, 10% persen hanya pernah mendengar, dan sisanya 87% persen tidak tahu sama sekali. Miris? Tentu amat sangat.
Dimana gagasan ini dikemas bertujuan untuk mengajak serta mengkampanyekan literasi tana' Samawa.
Berawal dari aksi. Let's campaign! (Satera Bag) |
Kami bukanlah budayawan atau pakar dibidang literasi Samawa, tapi inisiasi ini semata-mata kami dedikasikan bagi siapa saja yang ingin dan tersadar bahwa segala sesuatu yang dikecap saat ini merupakan hasil dari kejayaan literasi terdahulu.
Sebagai langkah nyata untuk mulai menggaungkan kembali nama Satera Jontal, kami menyediakan sebuah wadah yang berisi konten dan menyajikan beberapa santapan literasi Satera Jontal (IG: @localsatera).
Tak banyak yang ingin kami tuai dari inisiasi ini, melainkan untuk menyengarkan serta membuka cakrawala berpikir generasi penerus khususnya para penutur asli dari ujung barat hingga ujung timur daerah Sumbawa. Karena, Tanah kelahiran lebih luas daripada langit. Sejauh manapun kita melangkah, kita tetap berteduh dibawahnya.
Semoga melalui campaign ini, tana' Samawa (Sumbawa) tidak hanya dikenal karena alamnya yang elok, tetapi juga terdapat sisi sejarah budaya literasinya yang patut dibanggakan.
Dengan budaya kita melangkah,
Dengan Satera kita terarah !!
Salam Initiators.
0 Response to "Aksara Nusantara: Sumbawaku juga punya"
Posting Komentar